Risiko operasional merupakan tipe risiko yang paling ‘tua’, tetapi paling sedikit dipahami dibandingkan dengan tipe risiko lainya (risiko pasar atau tingkat bunga). Sebagai contoh, perusahaan sudah lama mengenali kemungkinan kesalahan pencatatan, system pengawasan yang kurang memadai, kegagalan system computer, serangan virus, kecelakaan kerja, dan lainya. Risiko tersebut merupakan risiko ‘inherent’, yaitu risiko yang muncul karena perusahaan menjalankan bisnisnya
Beberapa risiko yang perlu diperhatikan antara lain :
- kegagalan proses internal
- risiko kegagalan pengolaan karyawan
- risiko sistem
- risiko dari eksternal
Salah satu teknik untuk mengukur risiko operasional dengan menggunakan dua klasifikasi berikut ini.
- Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko
- Tingkat keseriusan kerugian atau impact dari risiko tersebut
Dengan mengunakan dua dimensi tersebut, kita bisa membuat matriks frekuensi/tingkat keseriusan untuk risiko-risiko yang ada, termasuk risiko operasional.
Sebagai contoh, berikut ini strategi menghadapi risiko berdasarkan matriks severity (significance) /frekuensi (likelihood).
Dan dikelompokkan kedalam empat kelompok, yaitu:
1. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) rendah: low control. Perusahaan bisa menerapkan pengawasan yang rendah terhadap risiko pada kategori ini, karena pengawasan yang terlalu berlebihan akan menimbulkan biaya yang lebih besar dibandingkan manfaatnya.
2. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) rendah: detect and monitor. Tipe risiko seperti ini lebih menantang untuk dihadapi. Jika risiko seperti ini muncul perusahaan bisa mengalami kerugian bahkan kebangkrutan, tetapi frekuensinya relatif jarang, sehingga tidak mudah ditemui atau dikenali oleh bank. Contoh, bank gagal melakukan pengawasan terhadap trading yang diluar batas oleh seorang trader-nya, kemudian terjadi kerugian yang mengakibatkan kebangkrutan bank tersebut.
3. Signifikansi (severity) rendah dan likelihood (frekuensi) tinggi: monitor. Risiko seperti ini relatif sering muncul tetapi besarnya kerugian relatif kecil. Risiko semacam ini merupakan konsekuensi perusahaan menjalankan bisnisnya. Sebagai contoh, untuk perusahaan super market, ada risiko shoplifting (pencurian oleh costumer), pencurian oleh karyawan, barang dagangan rusak karena busuk atau botol pecah. Risiko semacam ini lebih mudah dikenal, dan perusahaan bisa menghitung risiko tersebut.
4. Signifikansi (severity) tinggi dan likelihood (frekuensi) tinggi: prevent at source. Tipe Risiko seperti ini praktis tidak relevan lagi dibicarakan, karena jika situasi semacam ini terjadi, berarti perusahaan tidak lagi bisa mengendalikan risiko, dan bisa berakibat kebangkrutan. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan tidak bisa mengendalikan risiko penggelapan uang dalam jumlah besar oleh karyawannya (tipe risiko ini berada dalam kuadran frekuensi rendah/signifikasi tinggi), maka ada kemungkinan risiko ini berubah menuju kuadran frekuensi tinggi/signifikasi tinggi.
Referensi :
M Hanafi, Mahmud.2014.Manajemen Risiko.Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar